Wednesday, November 2, 2011

Sehat Dengan Spiritulitas

Spiritualitas, keyakinan, atau agama bisa membantu perempuan maupun pria, dengan cara yang berbeda, mengatasi penyakit kronis, seperti stroke, kanker, cedera saraf tulang belakang, atau cedera otak. Sebuah riset University of Pittsburgh Medical Center, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa orang yang rajin dan rutin mengikuti kegiatan keagamaan secara berkala akan hidup lebih lama ketimbang mereka yang tak pernah aktif di tempat ibadah. Penelitian lain University of Wisconsin-Madison yang dilakukan pada 2010 menemukan bahwa berdoa atau sembahyang bisa menjadi “gangguan” positif dan sebuah cara bagi orang-orang untuk mengatasi situasi yang sulit, termasuk penyakit yang dideritanya. Studi University of Toronto-Scarborough juga menemukan bahwa memikirkan tentang Tuhan dapat membantu mengurangi rasa cemas. Temuan-temuan terbaru itu, “Memperkuat gagasan bahwa agama atau spiritualitas bisa menjadi penyangga dari konsekuensi negatif atas kondisi kesehatan yang kronik,” ujar profesor bidang psikologi kesehatan di University of Missouri, Stephanie Reid-Arndt, yang dikutip situs Livescience. Para peneliti merekrut 168 orang dari pusat kesehatan akademik Midwestern yang berusia 18 tahun atau lebih tua yang mengalami kondisi penyakit kronis, seperti trauma cedera otak, penderita stroke, cedera saraf tulang belakang, dan kanker. Meskipun wanita sering dikesankan sebagai pribadi yang lebih religius ketimbang pria, para peneliti menemukan tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam menyatakan tingkat atau pengalaman spiritualitas mereka. “Kedua gender ini sama-sama mendapatkan manfaat dari dukungan sosial--kemampuan untuk mendapatkan bantuan dari dan bergantung kepada yang lain--ditunjukkan oleh para anggota jemaah dan keterlibatan mereka dalam organisasi keagamaan,” ujar Brick Johnstone, profesor psikologi kesehatan yang terlibat dalam riset tersebut. Namun manfaat dari kegiatan keagamaan pada laki-laki dan perempuan ternyata berbeda. Pada wanita, kesehatan mental yang bagus dikaitkan dengan pengalaman spiritual harian seperti memberikan maaf dan menggunakan agama untuk mengatasi masalah. Wanita juga percaya pada kekuatan cinta, yang ternyata berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengatasi masalah kronis yang dihadapinya. Sedangkan pria mendapatkan manfaat dengan terlibat dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Di antaranya mendapatkan perhatian dari anggota jemaah lain, konseling agama dan kemampuan untuk memaafkan, serta bantuan dari ulama, pastor, atau pemimpin agama. Temuan ini sama hasilnya dengan studi sebelumnya yang dipublikasikan pada 7 Desember 2010 pada jurnal American Sociological Review. Dalam jurnal itu diungkapkan bahwa orang religius mendapat manfaat dari jaringan sosial yang mereka bangun dengan menghadiri kegiatan-kegiatan keagamaan. Studi terbaru tersebut mengungkapkan bahwa, meskipun pria dan wanita berbeda dalam mendapatkan manfaat dari kegiatan keagamaan, kedua gender ini sama-sama cenderung mengatasi masa sulit yang dialami dengan bersandarkan pada agama. “Kami menemukan ketergantungan kedua jenis kelamin ini pada agama dan spiritualitas meningkat saat mereka menghadapi kondisi sulit atau ketika sedang sakit,” ucap Johnstone. Profesor Santoso, 83 tahun, merasakan manfaatnya spiritualitas mengembalikan kesehatannya. Dua tahun lalu, dia terbaring tak berdaya di tempat tidur, terserang stroke. Dokter sudah menyerah dan menyatakan jantungnya sudah tak berfungsi. “Tapi keyakinan saya, dan doa dari hati yang dalam, mengembalikan organ yang tak berfungsi kembali normal,” dia menuturkan.

No comments:

Post a Comment

Subscribe Now: Feed Icon