Friday, October 21, 2011
Bebas dari Kepahitan
A. DEFINISI KEPAHITAN
1. Kepahitan dalam bahasa Yunani adalah pikros yang artinya tajam, meracuni, menusuk dan sangat pahit – (Ibrani 12:12, 14-15).
2. Kepahitan berarti tidak sudi mengampuni.
3. Kepahitan adalah sikap negatif dalam menanggapi seseorang atau peristiwa
B. PENYEBAB KEPAHITAN
Ibrani 12:15 Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. Kepahitan biasanya disebabkan oleh tiga hal yang dianggap penting: kehilangan, ketidakadilan, pengkhianatan.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepahitan:
1. Penderitaan yang berulang-ulang
2. Harga diri yang berlebihan
3. Nilai hidup yang terfokus pada materi.
4. Perasaan yang tidak nyaman. Keinginan untuk membalas dendam atau menanggung sakit hati bagi orang lain.
5. Kristik diri yang kuat merasa bersalah atas kejadian tertentu yang berakibat buruk dalam hidup orang lain.
D. Dampak Buruk Kepahitan
1. Secara fisik
- Stimulus bg hormone.
- Daya tahan tubuh menurun.
- Sakit tulang.
- Otot menegang.
2. Secara emosi
- Menghabiskan energy emosional (depresi).
- Membentuk fokus emosional yang salah.
3. Secara rohani
- Hubungan dengan Allah terhambat.
- Terhambat untuk bisa menerima kebenaran.
4. Secara mental: Kepahitan (kemarahan/kebencian) akan mengendalikan pikiran kita sehingga kita menjadi sulit konsentrasi, stres, mudah capai, gelisah, tidak bisa berpikir jernih.
5. Secara garis keturunan: Kepahitan mudah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
6. ”Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku” (Ulangan 5:9)
E. DUA CARA SALAH MENANGGAPI KEPAHITAN
1. Berkubang di dalam kepahitan Yehezkiel 35:5-9 – “terpendam rasa permusuhan.”
2. Menyangkal kepahitan “Tidak pernah terjadi” – Tidak seserius itu – mengurangi bobot peristiwanya – Memang pernah terjadi, tapi dia pantas melakukan itu” – Semua orang juga mengalaminya
Pengampunan: Keputusan yang Memerdekakan!
F. PENTINGNYA PENGAMPUNAN
1. Pengampunan adalah pintu pemulihan dan pertumbuhan.
2. Pengampunan membutuhkan kehendak Kita akan gagal atau tidak bisa mengampuni jika hanya fokus pada emosi.
3. Jika kita tidak mengampuni orang lain, kita berdosa kepada Allah.
4. Jika kita tidak mengampuni, kita memberi kesempatan kepada iblis untuk merusak, bahkan menghancurkan hidup dan pelayanan kita.
G. PROSES PENGAMPUNAN
Pengampunan sebagai Pelepasan
1. Kita melepaskan perasaan negatif terhadap orang-orang lain
2. Kita melepaskan hak untuk membalas dendam
3. Kita melepaskan sikap menghakimi yang telah kita lakukan terhadap mereka
Pengampunan sebagai Pertukaran
1. Kita membuka hati kita dan menyerahkan perasaan-perasaan negatif kepada Allah
2. Kita mengundang Roh Kudus untuk memenuhi hati kita dengan sukacita, damai sejahtera, dan kasih
Pengampunan sebagai Peristiwa maupun Proses
1. Pengampunan dimulai pada satu titik tertentu (ketika terjadi pelepasan dan pertukaran).
2. Pengampunan perlu diperbarui dan diteguhkan kembali dari waktu ke waktu setelah kita membuat keputusan untuk mengampuni.
H. Hasil Pengampunan:
1. Kita dibebaskan dari kemarahan, kepahitan dan keinginan untuk balas dendam.
2. Roh Kudus mendatangkan kesembuhan untuk jiwa kita.
3. Berkat Tuhan mengalir dalam hidup kita tanpa terhalang karena kita hidup dalam ketaatan.
I. Pembaharuan Pengampunan
1. Jika perasaan-perasaan negatif muncul lagi setelah kita mengampuni, maka kita tidak perlu kuatir. Orang lain banyak mengalaminya.
2. Kita dapat berdoa dengan jujur: “Tuhan, saya sudah mengampuninya, tetapi perasaan ini muncul lagi. Saya menyerahkan perasaan ini kepada Tuhan, dan memilih untuk hidup dalam pengampunan.”
3. Kita menolak pikiran-pikiran negatif, dan memilih untuk mengarahkan pikiran-pikiran kita kepada hal-hal yang positif.
4. Kita mendoakannya secara rutin, agar Tuhan memberkatinya.
5. Kita bertindak kepadanya sesuai dengan keputusan yang sudah kita ambil untuk mengampuni, bukan perasaan kita pada suatu saat.
J. Pengampunan & Rekonsiliasi
1. Ayat Kunci: “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang” Rm 12:18-19
2. Prinsip utama: Ketika kita mengampuni, kita harus melangkah secepat mungkin menuju rekonsiliasi dengan orang yang bersalah kepada kita.
3. Prinsip ini tidak berarti kita tidak boleh (dan tidak perlu) menetapkan batasan-batasan untuk melindungi diri sendiri atau orang lain dari luka atau pelecehan.
4. Rekonsiliasi sepenuhnya tidak selalu bisa dilakukan, dan kadang-kadang kita perlu menerima kenyataan itu.
K. Hubungan Pengampunan & Penghakiman
1. Penghakiman sebagai akar, pengampunan sebagai reaksi: ketika kita ada luka yang tidak kita bereskan, maka lama-lama akan berakar sebagai penghakiman.
2. Seseorang yang telah mengampuni dilanjutkan dengan mencabut luka penghakimannya.
L. Bagaimana Merubah kepahitan menjadi pengampunan: Hidup dalam kasih karunia Allah.
1. Fokus pada apa yang telah Tuhan berikan (terutama karya Yesus di kayu salib yang menyediakan pengampunan tanpa batas dan menerima kita apa adanya).
2. Melihat orang yang melukai kita sebagai alat Tuhan untuk membentuk kita.
3. Menyerahkan penghakiman kepada Allah (Dia akan menghukum yang bersalah).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment