Wednesday, November 9, 2011

Mengembangkan Kekudusan Hidup

Hidup kudus. Mana mungkin. Tidak semua bisa. Jangankan orang non Kristen, orang Kristen saja pun mustahil mampu. Tapi Alkitab katakan Tuhan itu kudus. Dan Dia minta supaya kita juga harus kudus. Inilah gaya hidup yang Allah sukai. Tuhan menuntut umat-Nya untuk hidup kudus. Tentang tuntutan Tuhan ini, rasul Petrus menulis demikian: “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” – 1 Petrus 1:14-16. Zaman sekarang adalah zaman yang tidak lagi menghargai pentingnya hidup kudus. Buktinya banyak orang termasuk orang Kristen memilih jalan yang tidak kudus. Contohnya, berbohong itu sudah dianggap lumrah. Cara ini dilakoni semua orang. Dari level akar rumput sampai level elite. Dari bawahan sampai pimpinan puncak. Katanya bohong untuk kebaikan. Tulisan rasul Paulus menarik untuk kita cermati. Paulus menulis, "Kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus" - 1 Kor.1:2. Ada dua istilah menarik yang Paulus kemukakan. Pertama, dikuduskan dalam Kristus Yesus. Kedua, dipanggil menjadi orang-orang kudus. Kepada penerima surat ini jemaat di Korintus, Paulus menekankan hal ini. Tetapi juga bagi kita yang hidup di era yang sudah tidak menganggap penting hidup kudus itu. Dipanggil Menjadi Orang-orang Kudus Apa artinya dipanggil menjadi orang-orang kudus dalam ayat di atas? Bila kita kupas lebih dalam, dipanggil menjadi orang-orang kudus dapat dimaknai sebagai berikut: pertama, Orang yang diajak untuk hidup kudus, hidup dalam kebenaran Allah; kedua, Orang-orang saleh; ketiga, Orang-orang yang dilahirkan kembali secara rohani. Orang-orang yang bersih dan benar di hadapan Allah. Hidup kudus ini merupakan kerinduan Allah. Bahkan Paulus sangat tegas mengatakan kita ini dipanggil menjadi orang-orang kudus. Makna Kata Kudus Kudus. Apa artinya? Secara etimologi, kata kudus dapat berarti: pertama, Diasingkan dari dosa. Diasingkan dari hal-hal duniawi. Bisa juga dipahami disendirikan. Dikhususkan. Bicara tentang dikhususkan berarti tidak ada sisa. Total diberikan kepada Allah; kedua, Diserahkan atau dipersembahkan kepada Tuhan; ketiga, Kekudusan tidak statis. Kekudusan itu dinamis. Terus berproses dan berjalan. Contoh: ibadah, perbuatan baik, kerukunan, rencana baik dan seterusnya. Ini terus-menerus dikerjakan atau dilakukan secara konsisten. Artinya, kekudusan itu perlu diupayakan secara aktif dan dinamis; keempat, Kekudusan bukan berarti profit atau power. Selama ini ada konsep yang keliru dipahami banyak orang. Mereka membuat relasi antara kekayaan dan kesejahteraan. Banyak orang berusaha meraih kekayaan sebanyak-banyaknya demi kesejahteraan. Cara yang tidak wajarpun dilakukan demi menggapai kesejahteraan. Tentu pemahaman itu kuranglah tepat. Perlu format ulang pikiran bawah sadar kita tentang relasi kekayaan dan kesejahteraan tersebut. Orang kaya belum tentu sejahtera. Belum tentu punya shalom yang dari Tuhan. Oleh sebab itu, materi bukanlah ukuran kesejahteraan yang sejati. Konteks Gereja Kekudusan bukanlah suatu teori belaka. Kekudusan itu harus dipraktekkan dalam kehidupan pribadi. Namun dalam skala besar, skala Gereja kekudusan itu perlu dijadikan gaya hidup. Memang diperlukan upaya untuk membangun karakter Gereja. Setiap kita dimohon kontribusinya agar Gereja kita hidup dalam kekudusan. Dalam tataran praktis, Allah menuntut kejujuran, membuang kebohongan, meningkatkan kerukunan dan melayani serta bekerja dengan cinta. Itulah contoh nyata praktik hidup kudus dalam realita sehari-hari. Marilah kita bertekad memelihara kekudusan hidup. Berbahagialah kita yang memberi kontribusi hidup kudus. Bersama dengan Tuhan dan dengan pertolongan kuasa Roh Kudus, kita pasti bisa menjadikan hidup kudus sebagai gaya hidup kita setiap hari. Kesalehan yang paripurna adalah ketika seseorang mengejawantahkan dengan penuh ketaatan semua ketetapan Tuhan dalam Alkitab (kesalehan individual). Pada saat yang sama dengan penuh keseriusan memiliki keberpihakan yang tulus terhadap sesama manusia (kesalehan sosial), khususnya terhadap mereka yang hak-hak asasinya dibungkamkan oleh sistem politik yang korup, semangat kapitalisme, dan budaya imperialisme modern. Ketika umat Allah menunjukkan empatinya terhadap orang-orang seperti itu, berupaya sekuat tenaga membela hak-hak orang yang tertindas, dan mengupayakan keadilan sosial bagi setiap anggota masyarakat tanpa memandang suku, agama, dan status sosial; maka inilah keadaan yang dikatakan tingkat kesalehan ritual-formal-individualnya telah bersinergi dengan kesalehan sosial dan perhatian terhadap aspek kemanusiaan. Terkait dengan kemiskinan, Alkitab jelas mengatakan bahwa kemiskinan material sangat keji dan harus ditolak, bahkan harus dicegah. Sama seperti Yesus yang menjadi miskin, sekalipun Ia kaya (2 Kor 8:9), maka setiap orang Kristen seharusnya menjadi komunitas yang memiliki kesalehan sosial yang diperlihatkan secara kongkrit melalui solidaritas terhadap orang-orang yang menderita, dan mengupayakan dengan sekuat tenaga kesejahteraan sosial melalui penyisihan sedikit uang untuk didermakan yang dapat dialokasikan dalam bentuk penyediaan kebutuhan pangan, peminjaman modal usaha kecil, dan dukungan finansial bagi anak-anak yang tidak dapat mengecap pendidikan. Gustavo Gutierrez menuliskan: “Kemiskinan orang Kristen hanya mengandung makna jika kita mengabdikan diri dalam solidaritas terhadap orang-orang miskin yang menderita sengsara dan ketidakadilan. Pengabdian ini adalah suatu kesaksian menentang kejahatan yang merusak persekutuan. Artinya bukan supaya kita mencita-citakan kemiskinan, melainkan supaya kita mengalami kemiskinan sebagai suatu yang jahat. Dengan demikian kita menyanggah kemiskinan dan berjuang untuk menghapuskannya. Dengan solidaritas ini, kita juga dapat menyadarkan orang-orang miskin tentang penindasan atas mereka, dan berupaya mencari pembebasan daripadanya. Kemiskinan orang Kristen sebagai pernyataan kasih adalah suatu kesolideran dengan orang-orang miskin dan suatu proses melawan kemiskinan.” Kesalehan publik agama sangat penting ditonjolkan daripada harus terus-terusan memuja-muji kesalehan individual. Biarkanlah kesalahen “individualku” hanya untuk “diriku”, di “rumahku” saja. Keseimbangan akan bisa diraih apabila Gereja mampu memproduksi pribadi-pribadi yang tidak saja memamerkan kesalehan individual di ruang ibadah, melainkan juga menyebarluaskan kekudusan dalam interaksi sosialnya.

No comments:

Post a Comment

Subscribe Now: Feed Icon