Wednesday, November 9, 2011

Menjadi Keluarga yang Penuh Kasih dan Bertumbuh



Beberapa tahun lalu, Chicago Cubs memenangkan kompetisi regional. Namun seperti yang biasa terjadi, seorang pemain andalan mereka mengalami kemunduran selama musim kompetisi tersebut. Manajer tim memperhatikan bahwa pemain ini menghabiskan banyak waktu untuk menonton film yang merekam penampilannya di lapangan, untuk menemukan penyebab kemundurannya. Sayangnya, hal itu jusru membuat permainannya semakin buruk!

Manajer tim menghargai usahanya mengatasi masalah sang manajer menasihatkan pemain ini untuk mulai menonton rekaman pertandingan pada masa jayanya, saat ia memukul bola dengan kekuatan penuh. Ketika ia mulai memusatkan perhatian pada hal baik yang pernah dilakukan sebelumnya, barulah ia dapat melakukannya lagi.

Kehidupan ini penuh tantangan bagi kita semua. Salah satu tantangan yang tersulit adalah menghadapi sesuatu yang luar biasa dalam hidup kita karena kehilangan atau karena suatu peristiwa tragis. Kesanggupan keluarga dalam mengatasi situasi krisis maupun perubahan-perubahan yang sering terjadi dapat menjadi barometer kesehatan keluarga.

Perubahan yang umum, seperti anak meninggalkan rumah untuk sekolah, menikah, atau kembali ke rumah lagi, memberi peluang yang tak terhingga bagi seluruh keluarga untuk melakukan penyesuaian dan bertumbuh. Bagaimana tanggapan seseorang saat terjadi perubahan dan bagaimana tanggapan yang muncul antar-anggota keluarga mencerminkan kesehatan keluarga.

Banyak keluarga menjadi berantakan karena krisis yang mendadak atau perubahan yang tak terduga. Mereka memandang perubahan sebagai ancaman, sesuatu yang menakutkan. Keluarga lain mengalami kesulitan yang sama, tetapi dapat memetik pelajaran berharga dari pengalaman tersebut.

Semangat yang dimiliki keluarga berikut dapat menjadi contoh bagi kita. Seorang ibu menjalani operasi dan harus dirawat di rumah sakit selama 27 hari. Suami dan tiga anaknya yang berusia 7, 11, dan 14 tahun harus menjalani hidup tanpa ibu mereka selama masa tersebut. Mereka memasak, membersihkan rumah, dan melakukan tugas-tugas lain yang sama sekali asing bagi mereka. Ketika sang ibu kembali, ia masih perlu waktu untuk memulihkan kesehatan hingga akhirnya dapat melakukan tugasnya kembali. Pada saat-saat tertentu seluruh keluarga berkumpul dan saling berbagi tentang apa yang mereka rasakan, apa yang mereka pelajari, dan bagaimana mereka berubah dengan ketidakhadiran sang ibu.

Krisis seperti ini dapat memperkuat, atau sebaliknya memperlemah hubungan yang ada. Masalah merupakan peluang yang memungkinkan kita untuk bertumbuh, baik secara perorangan maupun sebagai keluarga. Paulus menjelaskan hal ini ketika berkata:

Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa [tidak biasa bagi Anda dan posisi Anda] terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita [bersorak gembiral pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya [dipenuhi cahaya dan kemegahan] (1Pe 4:12,13).

Orang tua yang Penuh Kasih

Semua orang tua dalam keluarga yang sehat harus memenuhi panggilan Allah untuk menjadi orang tua yang penuh kasih. Tanggung jawab yang terutama adalah untuk membesarkan anak. Mari kita lihat beberapa hal yang dibutuhkan dalam membesarkan anak secara sehat.

Sebagai orang tua, pernahkah Anda berpikir, apakah yang telah saya lakukan bagi kerohanian anak saya? Banyak orang tua mempertanyakan hal ini, terutama setelah melewati hari yang penuh tekanan, sia-sia, kacau, dan melelahkan.

Ada orang tua yang berkata, "Suatu saat saya memertanyakan apakah saya telah menyelesaikan tugas saya. Kelihatannya saya hanya seperti mengawasi seorang anak pada saat-saat tertentu kemudian beralih ke anak yang lain, mencoba melindunginya dari suatu bencana, atau berusaha melakukan tindakan penyelamatan yang masih dapat dilakukan. Apakah ini, yang disebut menjadi orang tua? Apakah ini yang harus saya penuhi dalam hidup saya? Bagaimana saya dapat membawa mereka lebih dekat kepada Yesus? Saya hanya merasa seperti seorang pengawas."

Orang tua yang lain mengungkapkan, "Membesarkan anak ternyata jauh berbeda dari yang saya kira. Terkadang saya lebih merasa seperti seorang sopir dan di lain hari saya merasa seperti seorang pengontrol pekerjaan rumah anak-anak. Kemudian ada kalanya saya berperan sebagai penyeleksi acara TV dan koki untuk menyiapkan makan malam! Saya ingin berperan sebagai orang tua dalam hidup saya, dan saya tidak tahu kapan saya dapat melakukannya. Apakah saya telah kehilangan arah? Sudahkah saya memberikan waktu dan energi untuk bidang yang tepat, atau masih perlukah saya mengarahkan diri pada hal lain? Kapan saya dapat mengajar mereka menjadi lebih serupa dengan Yesus, di sela kegiatan mengasuh?"

Kadang kala mengasuh anak jauh lebih berat dibandingkan tugas lainnya. Kita sangat mudah tenggelam dalam tugas-tugas dan kegiatan rumah tangga, serta membereskan kekacauan-kekacauan yang terjadi. Dengan begitu kita tak lagi terfokus pada panggilan untuk menjadi orang tua kristiani.

Pada zaman dulu, ada saat-saat Allah memanggil umatNya untuk kembali pada tujuan utama mereka. Karena kesibukan yang ada, ada baiknya bila kita mengarahkan diri kembali pada panggilan kita sebagai orang tua. Pikirkan dan bacalah dengan cermat pemikiran berikut setiap hari selama satu bulan. Anda tidak akan kehilangan arah bila melakukannya.

Tujuan utama membesarkan anak adalah untuk menghasilkan anak yang berkarakter saleh, sehingga Allah dipermuliakan. Ini akan mengubah cara pandang kita terhadap kewajiban membesarkan anak. Tujuan kita bukan lagi untuk menyelesaikan masalah keluarga dan menemukan sedikit kedamaian. Kita terlibat dalam program akbar Allah. Kita sedang membentuk hidup yang siap masuk ke dalam kekekalan. Kita berperan dalam pembentukan watak anak sehingga ia dapat mencerminkan kemuliaan Allah.

No comments:

Post a Comment

Subscribe Now: Feed Icon