Thursday, November 17, 2011
Model Pelayanan Yesus Kristus kepada Mereka yang Tersingkir
Dalam Perjanjian Baru, kita menemukan berbagai model dan pendekatan pelayanan yang dilakukan oleh Yesus Kristus kepada semua level manusia. Dan tidak ketinggalan model pelayanan yang dilakukan oleh Yesus Kristus secara khusus bagi mereka yang tersingkir dari pergaulan sosialnya.
Kita bersyukur bahwa Yesus Kristus meninggalkan model pelayanan itu bagi kita sekarang ini. Tentu tujuannya ialah supaya kita mengikuti dan menerapkannya dalam upaya kita melakukan pelayanan kepada mereka yang tersingkir dari kehidupan sesamanya.
Nah, siapa sajakah orang-orang yang tersingkir itu dan apa yang bisa kita teladani dari pelayanan Yesus Kristus terhadap mereka?
1. Orang berpenyakit kusta. Orang berpenyakit kusta pada masa Yesus Kristus dianggap sampah dan pendosa. Mereka harus dikucilkan dari lingkungan keluarga dan sosialnya. Mereka diasingkan ke suatu tempat di mana hanya mereka saja yang ada. Begitu menyakitkan tentu yang mereka rasakan. Bukan saja sakit karena penyakit kusta, tetapi juga secara sosial dan psikologi mereka mengalami tekanan yang luar biasa.
Tetapi orang yang berpenyakit kusta ini mendapat kasih karunia dari Yesus Kristus. Ia mengalami mujizat kesembuhan dari Tuhan Yesus. Ia pun mewartakan kesembuhannya kepada orang-orang lain, sehingga semakin banyak orang yang datang kepada Yesus Kristus memohon kesembuhan.
Sebenarnya Yesus bukan saja menyembuhkan orang kusta ini secara lahiriah saja, tetapi juga kesembuhan rohani. Lebih dari itu, Yesus juga mengembalikan harkat dan martabatnya sebagai manusia di lingkungan sosialnya.
Sebagai pelayan Tuhan, kita diharapkan menjadi seorang pelindung dan pembimbing bagi mereka yang terpinggirkan dari lingkungannya. Kita juga harus bisa membantu untuk mengembalikan kepercayaan diri dan keberadaan orang-orang yang tersingkir dari lingkungannya sekitarnya.
2. Orang Farisi dan Pemungut Cukai. Dalam suatu perumpamaan, Tuhan Yesus mengisahkan bahwa ada dua orang yang pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Satu orang Farisi dan satunya lagi Pemungut Cukai.
Orang Farisi bersyukur kepada Tuhan karena dia bukanlah pendosa. Dia merasa bahwa ia seorang yang suci yang menjalankan kewajiban agamanya dengan baik. Berbeda dengan Pemungut Cukai. Ia sadar bahwa ia seorang berdosa, yang tidak layak di hadapan Tuhan bahkan untuk menengadahkan kepalanya saja pun. Ia berdiri jauh-jauh dan mengakui semua dosa-dosanya di hadapan Tuhan dengan rendah hati. Tuhan memberi pengampunan kepadanya.
Sebagai pelayan Tuhan, kita juga harus memiliki sikap yang rendah hati. Menerima bahwa meskipun kita sebagai pelayan Tuhan, kita juga mungkin pernah melakukan kesalahan dan tidak selalu benar di mata Allah. Untuk itu, kita harus senantiasa mengintropeksi diri, tidak tinggi hati, dan tetap mengandalkan Kristus dalam setiap kebutuhan kita dalam pelayanan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment