Dalam kehidupan bermasyarakat dan berjemaat, kepedulian terhadap sesama merupakan daya rekat yang mempersatukan. Kepedulian umumnya diarahkan pada orang yang berkekurangan, walaupun kita dapat peduli, hanya sekedar ingin tahu apakah saudara atau kerabat kita baik-baik saja Read more....
Renungan ini mengangkat kesadaran kita bahwa masalah sosial seperti kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan muncul dan tumbuh akibat ketidakpedulian sebagian orang terhadap sesamanya. Lebih parah lagi, akibat orang-orang yang tidak takut lagi akan Tuhan. Apa peran kita di dalamnya?
Situasi pertentangan antara kaya dan miskin, kekuasaan dan penindasan, semua yang bertolak belakang dengan kehendak Tuhan bukan barang baru. Pengkhotbah 1:9 mencatat: “Tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. Apa yang pernah ada akan ada lagi, apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi”. Kita simak saja bagaimana nabi Mikha di era 700 tahun sM mengamati terjadinya dosa dan pelanggaran di Kerajaan Israel dan Yehuda, terutama di Yerusalem. Korupsi sudah marak di masa itu, pemimpin politik dan pemimpin agama tidak peduli akan hukum dan norma-norma kehidupan. “Para kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi pengajaran karena bayaran” (Mikha 3:11). Nabi Mikha memberi teguran keras: Allah akan mendatangkan hukuman. Namun ia juga menyatakan akan adanya masa depan yang baik, yaitu Mesias dari keturunan Daud (Mikha 5:1-4).
Beranjak ke era Perjanjian Baru, kita jumpai rasul Paulus dan kepedihan hatinya melihat kebobrokan kehidupan penduduk Korintus yang heterogen, Yahudi dan non Yahudi. Lari dari kebenaran, mereka beralih pada pemujaan dewa. Firman Tuhan dalam Kisah Para rasul 18:1-18 memberi indikasi bahwa jemaat Korintus didirikan oleh Paulus. Perselisihan di tengah jemaat merupakan beban mental yang sangat berat bagi Paulus, namun dia dalam suratnya menjawab masalah sebagai seorang gembala. Secara persuasif, Paulus mempersatukan orang Yahudi dan bukan Yahudi dengan kesaksiannya: “untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah” (I Korintus 1:24).
Mengacu pada ucapan Pengkhotbah, dapat kita katakan bahwa segala kebobrokan di tengah masyarakat yang sekarang kita saksikan, sudah ada sebelum kita ada dan masih akan ada lagi. Namun Tuhan tidak berdiam diri dan membiarkan iblis dan dosa merajalela di tengah umatNya. Di masa ini juga ada pribadi-pribadi seperti nabi Mikha dan Rasul Paulus yang seturut kemampuan masing-masing berani bersaksi dan bertindak untuk memihak pada kebenaran dan berusaha membawa damai. Biarlah kita turut berperan, karena Tuhan pasti menolong dan kita akan disebut anak-anak Allah (Matius 5Z:9,10).
No comments:
Post a Comment