Friday, November 11, 2011

Kerajaan Allah dan Misi

Seperti halnya dengan orang-orang injili lainnya, kita harus memercayai bahwa Kerajaan Allah merupakan suatu janji yang akan digenapi di masa yang akan datang bersamaan dengan kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya. Akan tetapi, selama 20 tahun belakangan ini, sudah terjadi perubahan dalam pandangan orang-orang injili. Berbeda dengan masa-masa yang lalu, kini Kerajaan Allah itu tidak saja dipandang sebagai suatu janji untuk masa yang akan datang, melainkan juga sebagai suatu realitas di masa sekarang ini. Pandangan ini sudah semakin menonjol. Pengertian Misi Yesus mengajarkan bahwa konsep waktu dapat dibagi menjadi "waktu di dunia ini" dan "waktu di dunia yang akan datang" (Matius 12:32). Rasul Paulus menyatakan bahwa Yesus jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa "bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang" (Efesus 1:21). Kedua masa itu dipisahkan oleh kedatangan Yesus yang kedua kalinya. Pada saat Yesus datang kembali dan mengantar dunia masuk ke masa yang akan datang, pada saat itulah Kerajaan Allah datang dalam kesempurnaannya. Langit akan lenyap, unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap (2 Petrus 3:10). Yerusalem Baru akan didirikan, Allah akan memerintah dengan berkuasa, dan semua orang yang ada di Yerusalem Baru akan mengakui-Nya sebagai Raja dan akan mematuhi-Nya. Inilah realitas yang akan datang dari Kerajaan Allah itu. Tetapi kita tidak perlu menunggu sampai kedatangan Kristus yang kedua kalinya untuk dapat merasakan berkat-berkat Kerajaan Allah. Kerajaan Allah dinyatakan dalam dunia ini ketika Yesus datang untuk pertama kalinya. Yohanes Pembaptis telah memberitakan di Padang Gurun Yudea, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Allah sudah dekat" (Matius 3:2). Dengan pemberitaannya itu, Yohanes Pembaptis sedang menyiapkan jalan untuk Tuhan. Juga ketika Yesus memulai pelayanan-Nya, berita yang disampaikannya adalah: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Allah sudah dekat" (Matius 4:17). Ketika Yesus mengutus dua belas rasul dan kemudian tujuh puluh orang murid-Nya, Ia menyuruh mereka untuk memberitakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Kitab Kisah Para Rasul menjelaskan bagaimana para rasul memberitakan Kerajaan Allah tersebut. Beberapa surat kiriman menyebutkan tentang Kerajaan Allah. Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Kolose bahwa Allah "telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih" (Kolose 1:13). Tidak seperti di Yerusalem Baru, di masa sekarang ini "kuasa kegelapan" -- demikian Paulus menyebutnya -- dan Kerajaan Allah sama-sama ada di dunia. Hal inilah yang menyebabkan misi itu diperlukan. Allah mengutus kita untuk melakukan misi kristiani ini. Ia mengutus kita sebagai duta-duta Kerajaan-Nya pada dunia yang masih berada di bawah kuasa si jahat. Sebagai akibatnya, terjadi pertentangan antara Iblis dan semua pasukannya melawan Allah dan segala pasukan-Nya. Ini merupakan ciri penentu dari misi. Yesus berkata, "Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu" (Matius 12:28). George Ladd mengatakan bahwa hal ini merupakan "teologi pokok Kerajaan Allah". Pada jalan yang menuju ke Damsyik, Rasul Paulus dipanggil Yesus untuk melayani orang-orang bukan Yahudi. Pekerjaan yang akan dilakukannya setelah menerima panggilan itu digambarkan sebagai suatu serangan terhadap kerajaan yang dikuasai oleh Iblis. Rasul Paulus diutus "untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah" (Kisah Para Rasul 26:18). Iblis adalah "ilah zaman ini" (2 Korintus 4:4). Kekuasaannya ditunjukkan pada saat Yesus menghadapi pencobaan. Iblis memperlihatkan semua kerajaan dunia kepada Yesus dan berkata kepada-Nya, "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku" (Matius 4:9). Iblis hanya dapat melakukan hal itu jika semua kerajaan dunia itu adalah miliknya. Iblis sendiri mengatakan bahwa semuanya itu adalah miliknya, "Semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki" (Lukas 4:6). Rasul Yohanes juga menguatkan hal ini dengan mengatakan bahwa "seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat" (1 Yohanes 5:19). Inti Amanat Agung Yesus adalah untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya. Dipandang dari pengertian tentang Kerajaan Allah, semakin bertambahnya orang-orang yang menjadi murid Yesus Kristus, berarti semakin berkurangnya orang-orang yang berada di bawah kekuasaan setan. Karena itulah Iblis, musuh jiwa kita, dengan keras berusaha menentang usaha-usaha penjangkauan jiwa, penginjilan, maupun perkembangan gereja. Rasul Paulus mengatakan bahwa penolakan terhadap Injil itu disebabkan secara langsung oleh ulah Iblis, "Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah" (2 Korintus 4:3-4). Dalam konteks Kerajaan Allah, misi merupakan suatu usaha yang penuh risiko dalam peperangan rohani.

No comments:

Post a Comment

Subscribe Now: Feed Icon