Wednesday, November 9, 2011

Sejarah Lahirnya Postmodernisme

Istilah postmodernisme diketahui muncul pada tahun 1917 ketika seorang filsuf Jerman, Rudolf Pannwitz menggunakan istilah itu untuk menangkap adanya gejala nihilisme kebudayaan Barat modern. Federico de Onis sekitar tahun 1930-an menggunakan dalam sebuah karyanya untuk menunjukkan reaksi yang muncul dari modernisme. Kemudian di bidang historiografi digunakan oleh Arnold Toynbee dalam “A Study of History” tahun 1947, dan sekitar tahun 1970, Ilhab Hasan menerapkan istilah ini dalam dunia seni dan arsitektur. Pada akhirnya istilah postmodernisme menjadi lebih popular manakala digunakan oleh para seniman, pelukis dan kritikus. Dalam postmodernisme, pikiran digantikan oleh keinginan, penalaran digantikan oleh emosi dan moralitas digantikan oleh relativisme. Kenyataan tidak lebih dari sebuah konstruksi sosial; kebenaran sama dengan kekuatan atau kekuasaan. Identitas diri muncul dari kelompok. Postmodernisme mempunyai karakteristik fragmentasi (terpecah-pecah menjadi elebih kecil), tidak menentukan (indeterminacy), dan sebuah ketidak- percayaan terhadap semua hal universal (pandangan dunia) dan struktur kekuatan. Postmodernisme adalah pandangan dunia yang menyangkal semua pandangan dunia. Singkatnya, postmodernisme mengatakan bahwa tidak ada kebenaran universal yang valid untuk setiap orang. Individu terkunci dalam perspektif terbatas oleh ras, gender dan group etnis masing-masing. Tokoh-tokoh postmodernisme yaitu Rudolf Pannwitz, Federico de Onis, Arnold Toynbee, Jean Francois Lyotard, Zygmunt Bauman, John Milbank, Flaskas, Ilhab Hasan dan lain sebagainya. Mereka-mereka inilah yang menggagas lahirnya postmodernisme. Jean Francois Lyotard – karyanya yang berjudul: “The Postmodern Condition: A Report on Knowledge (1979) – sebagai kritikan atas karya “The Grand Narrative” yang dianggap sebagai dongeng khayalan hasil karya masa Modernitas. Jean Francois Lyotard adalah salah satu pemikir pertama yang menulis secara lengkap tentang postmodernisme sebagai fenomena budaya yang lebih luas. Ia memandang postmodernisme muncul sebelum dan setelah modernisme dan merupakan sisi yang berlawanan dari modernism. Hal ini diperkuat oleh pendapat Flaskas (2002) yang mengatakan bahwa postmodernisme adalah oposisi dari premis modernism. Beberapa diantaranya adalah gerakan perpindahan dari fondasionalisme menuju anti fondasionalisme, dari teori besar (grand theory) menuju teori spesifik, dari sesuatu yang universal menuju ke sesuatu yang sebagian dan local, dari kebenaran yang tunggal menuju ke kebenaran yang beragam. Semua gerakan tersebut mencerminkan tantangan postmodernist kepada modernist. Sedangkan Adian (2006) menangkap adanya gejala “nihilism” kebudayaan barat modern. Sikap kritis yang bercikal bakal pada filsuf semacam Nietzsche, Rousseau, Schopenhauer yang menanggapi modernism dengan penuh kecurigaan. Sikap-sikap kritis terhadap modernism tersebut nantinya akan berkembang menjadi satu mainstream yang dinamakan postmodernisme.

No comments:

Post a Comment

Subscribe Now: Feed Icon